(FF SuRong)
ONLY HOPE
Title :
Only Hope
Author :
Myself
Cast :
Kim Junmyeon / Suho as
himself
Park
Chorong as herself
Genre :
Angst, a bit romantic
Rating :
(i know nothing abt this)
Disclaimer :
This story is 100% mine so never copying or plagiat. You can reblog it
WITH MY PERMISSION (ask me on @isxxbella (twitter)) okay keep RCL and happy
reading!
“Kini kutahu, hanya kaulah satu-satunya harapanku”
Hiruk pikuk kota Seoul tak mampu menghadang dinginnya malam
itu. Chorong merapatkan jaketnya. Ia berdiri di trotoar, menggosokkan kedua
tangannya sambil menunggu seseorang yang sudah berjanji akan datang menemuinya.
“Apa dia lupa janjinya hari ini?”
Namun, belum semenit ia menggumamkan hal itu, seseorang
datang dan menutup matanya dari belakang.
“Yaaa... Kim Junmyeon!”
Suho melepaskan tangannya sambil tersenyum geli. “Wah wah,
aku baru tahu kalau kau bisa berteriak,” ucapnya menggoda Chorong. “Aku tidak
berteriak,” lirih Chorong, menundukkan kepalanya. Suho tersenyum, tangannya
mengacak-ngacak rambut Chorong. “Kau sudah menunggu lama? Mian, aku tadi masih
ada urusan,” ucapnya. Chorong menganggukan kepalanya pelan, menggosok-gosokan
kedua tangannya sambil meniupnya pelan.
“Kau kedinginan, eoh?”
Suho menangkup tangan Chorong, meniup-niup tangannya.
Chorong terkejut, rasa panas menjalari pipinya. Dengan cepat ia menarik
tangannya dan menyembunyikannya dibelakang jaketnya.
“Yaa, waeyo?”
“I.. Igo, apa y.. ang kau lakukan?”
“Eoh? Tentu saja meniup tanganmu! Kau kedinginan bukan?”
“Aa..” Chorong berkelit, otaknya berputar mencari jawaban
yang terdengar cerdas. “Aku punya mulut, aku bisa melakukannya sendiri!”
tegasnya.
“Arraso, arraso.. Aku kan teman yang baik, aku tak bisa
melihat temannya kesulitan, geuchi?”
Chorong tertegun. Matanya menatap manik mata Suho dengan
cepat.
“Chingu..?”
“Eoh, tentu saja! Aku ini temanmu bukan? Jangan-jangan kau
tak menganggapku temanmu? Yaa, Park Chorong!”
Chorong mempercepat langkahnya. Perlahan, sebutir kristal
bening jatuh dari mata cantiknya.
‘Apa kau hanya
menganggapku teman, Kim Junmyeon?’
“Buku apa yang sedang kaucari?”
Chorong menoleh. “Eoh? A.. Aku..” gugupnya langsung
digantikan dengan rasa penasarannya.
“Bukankah tadi kau yang mengajakku pergi ke perpustakaan
karena ingin mencari referensi?”
Suho menggaruk bagian belakang kepalanya. “Yah.. Aku
sebenarnya bosan. Dan satu-satunya tempat yang kausukai hanyalah perpustakaan.
Jadi mau bagaimana lagi?” ungkap Suho, berjalan menuju salah satu meja dan
menarik kursi.
Chorong menatap Suho, tertegun. “Kau tak perlu melakukan hal
itu, Suho-ya,” ucap Chorong, mengambil salah satu buku cerita dari lemari buku,
lalu duduk di depan Suho.
“Tapi aku bosan, dan aku ingin kau merasa nyaman. Lagipula
aku juga tak keberatan. Bukankah di perpustakaan kita bisa numpang tidur?”
sahutnya, sambil menyandarkan dagunya pada meja.
“Buku apa yan kaupilih?” tanya Suho.
“Eoh? Peterpan,” sahut Chorong tanpa mengalihkan
pandangannya dari buku itu.
“Peterpan? Kau suka buku itu?” tanya Suho lagi. Matanya menatap
wajah Chorong lekat-lekat.
“Mmm.. Tidak juga. Waeyo?” tanya Chorong balik. Kini ia
mengalihkan pandangannya menuju Suho.
Suho menopang dagunya. “Aku tidak suka dengan Peterpan yang
plin plan,” ungkapnya, “Ia mencintai Wendy dan ia membutuhkan Tinkerbell. Lalu
kenapa ia harus ragu? Orang yang ia cintai adalah orang yang paling ia
butuhkan, bukan? Seharusnya tanpa berpikir, ia langsung saja memilih Wendy,”
ujarnya, kemudian menyandarkan kepalanya di atas meja, menutup matanya.
‘Ia ragu karena
sebenarnya, sebenarnya Suho,’ Chorong menghela nafasnya.
‘Sebagian kecil
hatinya mencintai Tinkerbell, tanpa ia sadari.’
Chorong menutup bukunya. Ini sudah buku yang kelima dan ia
merasa bosan. Ia menopang dagu, menatap Suho yang sudah terlelap. Chorong
mengganti posisinya hingga kini kepalanya menyender pada meja. Ia dapat
mendengar dengkuran halus Suho dan deruan nafasnya. Oh dan jangan lupa, Ia
dapat mendengan detak jantungnya sendiri yang semakin cepat dan keras. Ia
bangkit dan tertegun.
‘Aku tidak boleh seperti
ini,’ batinnya. Namun ia menatap Suho sekali lagi dan buru-buru merobek
kertas dan mengambil pensil.
Ia mulai menulis lagu.
“Chorong-ah, ini bukan hari Minggu, kan?” tanya Suho,
bingung. Matanya menatap bangunan tua yang berwarna kecoklatan, namun masih
berdiri kokoh. Chorong terus melangkah, menelusuri tapak-tapak kaki yang
tercetak jelas di atas salju putih musim dingin.
“Chorong-ah, chankkamman!”
Chorong berlutut pada salah satu tempat di dalam gereja itu.
Ia melipat tangannya dan menutup matanya.
“Chorong-ah, untuk apa kita kesini?” bisik Suho berisik.
Chorong hanya tersenyum, tak bergeming.
‘Tuhan, aku mohon,
hanya ialah harapanku.’
Chorong tersenyum miris menyaksikan pemandangan di depannya.
Suho menyatakan cinta pada salah satu teman sekelasnya. Chorong berlari menuju
salah satu bangku taman sekolah sambil menangis tertahan. Ia mendengar
seseorang berlari ke arahnya. Tidak, ia tidak boleh terlihat lemah.
Suho berlutut di depannya.
“Chorong-ah, aku baru saja—Yaa! Kenapa kau menangis? Siapa yang
membuatmu mengangis? Katakan padaku, aku akan menghabisinya sekarang juga!”
ucap Suho sambil mengepalkaan tangannya. Chorong tersenyum miris. Ia berdiri
dari duduknya.
“Kalaupun aku mengatakannya, Junmyeon, kau tak akan mungkin
memukulnya,” ucap Chorong. Ia berusaha untuk bersikap tenang.
“Nugu? Nugu eoh? Aku tidak takut pada siapapun, Chorong-ah!”
“Bagaimana jika kukatakan padamu kalau yang membuatku
menangis adalah kau sendiri?” tanya Chorong, menatap Suho yang terkejut.
“M.. Mwo?”
“Bagaimana jika kukatakan bahwa AKU DENGAN BODOHNYA
MENCINTAI ORANG YANG HANYA MENGANGGAPKU TEMAN?!” Chorong berteriak. Nafasnya
memburu, bergemuruh. Suho benar-benar terkejut. Ia berdiri dan mendekati
Chorong.
“M..Mwo? Chorong-ah, kau..”
“Jangan dekati aku,” Chorong mundur, matanya lagi-lagi
mengeluarkan kristal bening yang dibecinya. “Aku harap kita tak pernah bertemu
lagi.”
“Annyeonghaeseo, Apinkeu Chorong imnida,” ucap Chorong,
diikuti dengan sorak-sorai fans-fansnya dari tempat duduk mereka masing-masing.
“Aku akan menyanyikan sebuah lagu.” Fans-fans Chorong
berteriak-teriak gembira, menyemangati Chorong.
“Aku tahu, suaraku tak begitu bagus,” ungkapnya sambil
tersenyum tipis. Ia mengedarkan pandangannya, lalu berhenti pada salah satu
kursi tempat boygroup yang sedang naik daun duduk. Tepatnya pada mata leader
group tersebut.
“Lagu yang kunyanyikan ini adalah lagu yang kuciptakan
sendiri disaat aku sedang bosan.
Disaat aku melihat seseorang yang kusayangi.
Aku terlalu dekat dengannya hingga aku tak dapat meraihnya.
Aku harap, ia menyukai lagu yang kuciptakan untuknya.”
Keheningan menghiasi tempat itu. Chorong melangkah menuju
piano, memainkan tuts-tutsnya dan mulai bernyanyi.
There’s a song that inside of my soul
It’s the one that i’ve tried to write over and over again
I’m awake in the infinite cold
But you sing to me over and over and over again
So I lay my head back down
And I lift my hands and pray
To be only yours, I pray
Tobe only yours, I know now
You’re my only hope
Chorong masih memainkan pianonya. Ia menatap Suho yang telah
menatapnya terlebih dahulu.
I give you my destiny
I’m giving you all of me
I want your symphony
Singing in all that I am
The top of my lungs
I’m giving it back
So I lay my head back down
And I lift my hands and pray
To be only yours I pray
To be only yours I pray
To be only yours, I know now
...
You’re my only hope.
Gimana gimana? Suka, suka??? Hehehe ini bikinnya penuh
pengobanan lohhh #curhat btw ini selain terinspirasi dari lagu juga terinspirasi
dari ekspresi sedih Suho oppa pas ngeliat Chorong eonni di MAMA2013 kalogasalah
jadi dari situ aku simpulkan kalo SuRong cocoknya FF sedih beneran! Yaudah
pokoknya kalo udah selesai baca comment ya pokoknya comment! #maksa#abaikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar